KEANEKARAGAMAN SERANGGA PERDU DI RINON
PULO
BREUH KABUPATEN
ACEH
BESAR
1Indri Yetti, 2Nailul
Muna, 3Novia Vivi Yanti dan 4Syukriah
1,2,3
Program Studi Pendidikan Biologi FTK UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
4
Alumni Program Studi Pendidikan Biologi
FTK UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
ABSTRAK
Pulau Breuh adalah
sebuah pulau yang terletak di sebelah barat laut pulau Sumatera dan di sebelah
barat laut pulau Weh Pulau ini memiliki keanekaragaman hewan dan tumbuhan yang
sangat beragam karena alamnya yang masih terjaga. Salah satu hewan avertebrata yang banyak dijumpai
di kawasan ini adalah spesies serangga
termasuk serangga perdu. Penelitian tentang keanekaragaman serangga perdu di
Rinon Pulo Breuh Kabupaten Aceh Besar telah dilakukan pada bulan Mei 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan indeks keanekaragaman dari serangga
perdu di Desa Rinon Pulo Breuh Kabupaten Aceh Besar. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
metode
purposive sampling, yaitu dengan
memilih perdu yang banyak terdapat serangga
serta pengambilan sampel secara hand
sortir. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat 222 spesies
yang terdiri 17 genus, 7 ordo, 9 famili. Perhitungan Indeks keanekaragaman menggunakan rumus Shanon
Whiener yang indeks keanekaragaman termasuk dalam kategori
tinggi dengan nilai 3.0615.
Kata Kunci: Indeks Keanekaragaman,
Serangga Perdu, Rinon Pulo Breuh
PENDAHULUAN
Pulau
Breuh adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah barat laut pulau Sumatera
dan di sebelah barat laut pulau Weh. Secara administratif pulau ini termasuk
dalam wilayah Kecamatan Pulau Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Pulau ini memiliki
keanekaragaman hewan dan tumbuhan yang sangat beragam karena alamnya yang masih
terjaga. Salah satu hewan avertebrta yang banyak dijumpai di kawasan ini adalah
spesies serangga termasuk
serangga perdu. Serangga adalah kelompok filum
avertebrata yang paling banyak dijumpai di permukaan bumi, karena tubuhnya yang
kecil, kemampuannya menyesuaikan diri terhadap lingkungan sangat cepat, dan
kemampuan reproduksinya yang tinggi sehingga keberadaanya sangat mudah
ditemukan di permukaan bumi tidak terkecuali di kepulauan Breuh sendiri.
Menurut Nurdin
(2000 : 42), “Serangga merupakan kelompok organisme
yang paling banyak jenisnya dibandingkan dengan kelompok organisme lainnya
dalam Phylum Arthropoda. Hingga saat ini telah diketahui sebanyak lebih kurang
950.000 spesies serangga di dunia, atau sekitar 59,5% dari total organisme yang
telah dideskripsi. Tingkat keragaman serangga yang sangat tinggi dapat
beradaptasi pada berbagai kondisi habitat, baik yang alamiah seperti
hutan-hutan primer maupun habitat buatan manusia seperti lahan pertanian dan
perkebunan”. Salah
satu alasan mengapa serangga memiliki keanekaragaman dan kelimpahan yang tinggi
adalah kemampuan reproduksinya
yang tinggi, serangga bereproduksi dalam jumlah yang sangat besar, dan pada
beberapa spesies bahkan mampu menghasilkan beberapa generasi dalam satu tahun.
Keanekaragaman serangga yang terdapat
di Rinon Pulau Breuh, Aceh Besar sangat
tinggi, salah satunya adalah kelompok
serangga perdu. Serangga perdu merupakan serangga yang hidup dan beraktivitas
di tanaman perdu. Tanaman perdu adalah
suatu kategori tumbuhan berkayu yang dibedakan dengan pohon karena cabangnya
yang banyak dan tingginya yang lebih rendah, biasanya kurang dari 5-6 meter.
Menurut Haneda (2013 : 42), “Keanekaragaman
serangga diyakini dapat digunakan sebagai salah satu bioindikator kondisi suatu
ekosistem. Oleh karena itu, pentingnya peranan serangga dalam ekosistem dan
begitu banyak jenis serangga yang belum teridentifikasi, maka upaya untuk mengkaji
keanekaragaman serangga dalam ekosistem hutan menjadi suatu objek yang layak
untuk dilakukan”.
Menurut Nursaidah
(2013 : 65), “Keanekaragaman
serangga baik dalam hal kelimpahan dan kepunahan maupun kekayaannya juga sangat
terkait dengan tingkat tropik lainnya. Hal ini disebabkan adanya interaksi yang
terjadi, baik diantara kelompok fungsional serangga maupun dengan tumbuhan yang
selanjutnya akan membentuk keanekaragaman serangga itu sendiri. Penurunan
keanekarangaman spesies serangga herbivora dapat menimbulkan ”efek domino”
terhadap keanekaragaman musuh alami serangga-serangga tersebut. Kemungkinan ini
cukup beralasan karena serangga mendukung hampir setengah dari jumlah spesies
predator dan parasitoid”.
Menurut Legg
(2005 : 23), “Banyak serangga yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia, diantaranya yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai
termasuk limbah, sebagai objek estetika dan wisata, bermanfaat pada proses
penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang
bernilai ekonomi tinggi. Serangga memainkan peranan penting dalam kesejahteraan
manusia, baik peranan yang bermanfaat maupun yang merugikan. Lebah madu dan
ulat sutera adalah serangga yang bermanfaat, sementara nyamuk, lalat, pinjal,
dan tungau telah diketahui sebagai vektor penyakit pada manusia dan ternak,
sedangkan wereng dan belalang dapat menjadi hama tanaman”.
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan indeks keanekaragaman serangga perdu di
Rinon Pulo
Breuh Kabupaten Aceh
Besar. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi
terbaru tentang keanekaragaman serangga perdu bagi mahasiswa dan
instansi-instansi terkait lainnya.
BAHAN DAN METODE
PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kawasan dekat perairan Rinon
Pulo Breuh Aceh Besar yang dilaksanakan 22 Mei 2015, pukul 14.00 hingga pukul
17.00 WIB.
Alat
dan Bahan
Alat dan bahan yang
digunakan di dalam penelitian ini diantaranya yaitu:
1.
Kuas cat
2.
Kantong plastik
3.
Alkohol
4.
Sampel serangga perdu yang didapat
Metode Penelitian
Penelitian
serangga perdu
menggunakan metode purposive sampling. Menurut Melati (2007 : 37), “Metode purposive sampling merupakan metode penelitian
dengan pengambilan sampel
secara sengaja sesuai dengan persyaratan
yang diperlukan”.
Prosuder penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan untuk melihat indeks
keanekaragaman serangga perdu diantaranya yaitu:
1.
Ditentukan nama perdu
yang akan diamati hewannya.
2.
Dibagikan perdu menjadi
akar, batang, cabang dan daun
3.
Dipilih bagian akar,
batang dan cabang sebagai tempat pengamatan.
4.
Disediakan
masing-masing kantong plastik atau botol sampel sesuai dengan bagian tumbuhan
(akar, batang, cabang).
5.
Diperhatikan dan
diambil hewan yang ada di bagian ini dengan pola pengamatan mulai dari
permukaan kulit, celah kulit dan di bawah kulit.
6.
Dimasukkan semua hewan
yang ditemukan masing-masing tempat yang telah disediakan.
7.
Dilakukan pencatatan
dan identifikasi.
Analisis Data
Analisis data serangga perdu dilakukan dengan menghitung
indeks keanekaragaman jenis dengan menggunakan rumus Shanon Whiener sebagai berikut:
Rumus Keanekaragaman
H
= - ∑ pi ln
pi
Keterangan:
H = Indeks
keanekaragaman
Pi = Nilai penting
Dengan kriteria:
H’<
1
= Keanekaragaman rendah
1<
H’< 3 = Keanekaragaman sedang
H’>3 =
Keanekaragaman tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian
Pembahasan
Berdasarkan tabel indeks keanekaragaman serangga
perdu di atas, dapat diketahui bahwa indeks keanekaragaman serangga perdu di
Rinon Pulo Breuh Kabupaten Aceh Besar termasuk ke dalam kategori tinggi, dimana nilai
indeks keanekaragaman yang didapat sebesar 3.0615. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat 222 spesies
yang terdiri 17 genus, 7 ordo, 9 famili.
Keanekaragaman serangga perdu di
Rinon Pulo Breuh Kabupaten Aceh Besar yang tinggi disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri
dari kemampuan reproduksi dari serangga dan kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari suhu, cahaya, dan
kelembaban udara.
Spesies yang didapatkan
dalam penelitian ini diantaranya yaitu Componotus sp., Componotus castanius, Grylus pennslyanicus,
Dorylus laevigatus, Lasius fuliginosus, Oecophylla smaragdina, Solenopsis sp., Nazera sp., Tribollium
casteneum, Oryctes rhinoceros, Musca sp., Coptotermes curvignathus, Paederus
littoralis, Drosophilla melanogaster,
Dysdercus cingulatus, Helicoverpa armigera, dan Culex
sp.
Spesies-spesies tersebut didapatkan pada 3 bagian perdu yaitu akar, batang dan
daun.
Serangga perdu yang
didapatkan pada bagian akar berjumlah 102 spesies, yang terdiri dari Componotus
sp., Grylus pennslyanicus, Dorylus laevigatus, Lasius fuliginosus, Oecophylla
smaragdina, dan
Solenopsis sp. Serangga perdu didapatkan pada bagian batang
berjumlah 63 spesies, yang terdiri dari Nazera
sp., Solenopsis
sp.,
Grylus
pennslyanicus, Tribollium casteneum,
Oryctes rhinoceros, Musca
sp., Coptotermes
curvignathus, Paederus littoralis,
dan Lasius
fuliginosus. Serangga perdu
didapatkan pada bagian daun berjumlah 57 spesies, yang terdiri dari Componotus
castanius, Drosophilla
melanogaster, Dysdercus
cingulatus, Componotus
sp., Helicoverpa armigera,
dan Culex
sp.
Spesies serangga perdu
yang didapatkan merupakan perwakilan dari 7 ordo yang terdiri dari ordo
hymenoptera, orthoptera, hemiptera, coleoptera, diptera, isoptera dan
Lepidoptera. Spesies serangga terbanyak berasal dari ordo hymenoptera yaitu
sebanyak 153 spesies yang oleh Compenotus
sp., Solenopsis
sp. dan Oecophylla
smaragdina.
KESIMPULAN
1.
Indeks keanekaragaman serangga perdu di Rinon Pulo
Breuh Kabupaten Aceh
Besar termasuk ke dalam kategori tinggi dengan nilai
sebesar 3.0615.
2.
Hasil penelitian
menunjukkan terdapat 222 spesies yang
terdiri 17 genus, 7 ordo, 9 famili.
3.
Keanekaragaman
serangga perdu di Rinon Pulo Breuh
Kabupaten Aceh
Besar yang tinggi disebabkan oleh faktor internal dan
faktor eksternal.
4.
Spesies serangga
terbanyak berasal dari ordo hymenoptera yaitu sebanyak 153 spesies.
5.
Spesies serangga
perdu terdapat pada beberapa bagian tanamanan, yaitu akar, batang, dan daun.
DAFTAR PUSTAKA
Legg,
G., Hewan-hewan Mungil, (Jakarta: Erlangga), 2005.
Lin Nursaidah., “Komposisi Serangga Kanopi Pohon Apel di Desa Poncokusumo Kabupaten Malang”, Jurnal
Biotropika, Vol.
1(1), 2013.
Melati Ferianita., Metode
Sampling Bioekologi, (Jakarta: Bumi Aksara), 2007.
Muhammad, Nurdin. S., Ekologi
Hewan Tanah, (Jakarta: Bumi Aksara),
2000.
Noor Farikhah Haneda, dkk,. “Keanekaragaman Serangga di Ekosistem
Mangrove”, Jurnal Silvikurtur Tropika,
Vol. 4, No. 1, 2013.
No comments:
Post a Comment