Saturday, October 25, 2014

makalah Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

STRATEGI PEMBELAJARAN
BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

paper
Strategi Belajar Mengajar Biologi

Dosen Pembimbing :
Eriawati, M.pd.

Oleh :

Nailul Muna / 281223108

 





FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM - BANDA ACEH

2014


KATA PENGANTAR
                       
            Segala puji bagi Allah swt, yang senantiasa memberikan kepada kita taufik, hidayah daninayah-Nya, sehingga kita berada di atas jalan-Nya. Shalawat beserta salam selalu kita haturkan kepada Nabi kita Muhammad saw, keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umatnya yang istiqamah menjalankan dan mendakwahkan sunah-sunahnya. Dalam paper ini saya mencoba menyajikan materi yang berjudul Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
            Saya menyadari dalam menyusun paper ini masih banyak kekurangan. Untuk itu saya mengharapkan kepada dosen pembimbing agar memberikan masukan demi perbaikan dan kesempurnaan paper ini.
            Kemudian kepada pihak yang telah membantu, saya tak lupa menghaturkan banyak terima kasih.Semoga Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas kebaikan kepada kita semua.



                                                            Banda Aceh, Juli 2014
                                                                                                                        
       Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A.    Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B.     Rumusan masalah................................................................................. 1
C.     Tujuan pembahasan.............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A.  Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus...............................................3       
B.   Jenis Dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus...........................3
C.   Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.....................13
BAB III PENUTUP........................................................................................ 19
A.    Kesimpulan...................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 20

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
                Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami problema dalam belajar, hanya saja problema tersebut ada yang ringan dan tidak memerlukan perhatian khusus dari orang lain karena dapat diatasi sendiri oleh anak yang bersangkutan dan ada juga yang problem belajarnya cukup berat sehingga perlu mendapatka perhatian dan bantuan dari orang lain. Anak luar biasa atau disebut sebagai anak berkebutuhan khusus (children with special needs), memang tidak selalu mengalami problem dalam belajar. Namun, ketika mereka diinteraksikan bersama-sama dengan anak- anak sebaya lainnya dalam system pendidikan regular, ada hal-hal tertentu yang harus mendapatkan perhatian khusus dari guru dan sekolah untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.
            Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student with special needs) membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing – masing . Dalam penyusunan progam pembelajaran untuk setiap bidang studi hendaknya guru kelas sudah memiliki data pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yakni berkaitan dengan karateristik spesifik, kemampuan dan kelemahanya, kompetensi yang dimiliki, dan tingkat perkembanganya. Karakteristik spesifik student with special needs pada umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional . Karaktristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensori motor, kognitif, kemampuan berbahasa, ketrampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi social serta kreativitasnya.
            Untuk mengetahui secara jelas tentang karakteristik dari setiap siswa seorang guru terlebih dahulu melakukan skrining atau asesmen agar mengetahui secara jelas mengenai kompetensi diri peserta didik bersangkutan. Tujuannya agar saat memprogamkan pembelajaran sudah dipikirkan mengenbai bentuk strategi  pembelajaran yanag di anggap cocok. Asesmen di sini adalah proses kegiatan untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan setiap peserta didik dalam segi perkembangan kognitif dan perkembangan social, melalui pengamatan yang sensitive. Kegiatan ini biasanya memerlukan penggunaan instrument khusus secara baku atau di buat sendiri oleh guru kelas.
            Model pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus yang di persiapkan oleh guru di sekolah, di tujukan agar peserta didik mampu berinteraksi terhadap lingkungan social. Pembelajaran tersebut disusun secara khusus melalui penggalian kemampuan diri peserta didik yang didasarkan pada kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi ini terdiri atas empat ranah yang perlu diukur meliputi kompetensi fisik, kompetensi afektif, kompetensi sehari- hari dan kompetensi akademik. Dalam paper ini akan dibahas mengenai ”Strategi Pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus”

B.     Rumusan Masalah
1.    Apakah definisi dari anak berkebutuhan khusus?
2.    Bagaimana jenis dan karakteristik anak berkebutuhan khusus?
3.    Bagaimana strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus?

C.    Tujuan Pembahasan
1.    Menjelaskan definisi dari anak berkebutuhan khusus.
2.    Mengidentifikasi jenis dan karakteristik anak berkebutuhan khusus.
3.    Menjelaskan strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus.










BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak  Berkebutuhan Khusus
            Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan mengalami kelainan/ penyimpangan (fisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional) dalam proses pertumbuhkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
            Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.

B. Jenis Dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
            Anak berkebutuhan khusus yang paling banyak mendapat perhatian guru antara lain:
1.      Tunagrahita (Mental retardation)
            Tunagrahita merujuk kepada fungsi intelektual umum yang di bawah rata-rata secara signifikan (merujuk kepada hasil tes intelegensi individu, berarti IQ di bawah rata-rata) yang berkaitan dengan hambatan dalam prilaku adaptif (merujuk kepada keterampilan adaptif, yaitu; komunikasi, merawat diri, kehidupan keseharian, keterampilan sosial, penggunaan komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik, waktu luang, dan karya) yang terjadi selama periode perkembangan (dari lahir sampai usia 18 atau 22 tahun).
            Anak tunagrahita dibagi kepada tiga tingkatan, yaitu tunagrahita ringan, sedang, dan berat. Ketiga tingkatan ini mempunyai karakteristik yang berbeda. Adapun karakteristik umum tunagrahita itu adalah:
a.       Keterbatasan intelegensi, dimana kapasitas belajar terbatas untuk hal abstrak.
b.      Keterbatasan sosial, dimana anak tunagrahita tidak dapat mengurus diri sendiri dan cendrung meniru tanpa tau akibatnya.
c.       Keterbatasan fungsi mental, dimana anak tunagrahita sukar memusatkan perhatian.
d.      Jarang menghayati perasaan bangga, tanggung jawab dan hak sosial.
e.       Mengalami keterlambatan dalam perkembangan sikap.

            Dilihat secara rinci, kecerdasan berfikir anak tunagrahita ringan paling tinggi sama dengan kecerdasan anak normal usia 12 tahun. Mereka memiliki tingkat kecerdasan paling tinggi diantara kelompok tunagrahita yang lain, dengan IQ berkisar 50-70. Meskipun kecerdasan dan adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang di bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan bekerja.
            Sebaliknya, anak tunagrahita sedang tidak bisa mempelajari pelajaran akademik. Mereka umumnya belajar secara membeo, perkembangan bahasanya sangat terbatas, hamper selalu bergantung pada orang lain, dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya, masih mempunyai potensi untuk belajar memelihara dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan, dan dapat mengerjakan pekerjaan yang mempunyai nilai ekonomi. Pada usia dewasa, baru mencapai usia yang sama dengan anak normal umur 7-8 tahun.
            Anak dengan tunagrahita berat tidak dapat membedakan bahaya, selalu tergantung pada pertolongan orang lain, kata-kata yang sangat sederhana, dan kecerdasannya hanya dapat berkembang paling tinggi sama dengan anak usia 3-4 tahun.
            Ketunagrahitaan seorang anak dapat diketahui dengan melakukan observasi. Observasi dilakukkan dengan cara membandingkan anak dengan anak seusianya. Data hasil observasi dan tes spikologi dikumpulkan dan dibandingkan dengan usia anak sebenarnya. Adapun dalam tes Binet – Simon, anak yang tergolong tungrahita atau anak dengan gangguan intelektual yaitu:
a.       Debil (IQ 50-70)
b.      Imbesil (IQ 30-50)
c.       Idiot (IQ < 30)
           
            Angka tersebut di peroleh dari tes, dimana IQ = MA/CA X 100. Dengan CA merupakan umur anak dan MA merupakan haril tes intelegensi.
            Adapun cara mengidentifikasi seorang anak termasuk tunagrahita yaitu melalui beberapa indikasi sebagai berikut:
a.       Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar
b.      Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia
c.       Perkembangan bicara/bahasa terlambat
d.      Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong)
e.       Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali)
f.       Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)

2.      Tunalaras (Emotional or behavioral disorder)
            Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
            Menurut Eli M. Bower (1981), anak dengan hambatan emosional atau kaelainan perilaku, apabila menunjukkan adanya satu atau lebih dari lima komponen berikut:
a.       Tidak mampu belajar bukan disebabkan karena factor intelektual, sensori atau kesehatan.
b.      Tidak mampu untuk melakukan hubungan baik dengan teman-teman dan guru-guru.
c.       Bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya.
d.      Secara umum mereka selalu dalam keadaan pervasive dan tidak menggembirakan atau depresi.
e.       Bertendensi kea rah symptoms fisik: merasa sakit atau ketakutan berkaitan dengan orang atau permasalahan di sekolah.

            Anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku juga bisa diidentifikasi melalui indikasi berikut:
a.       Bersikap membangkang
b.      Mudah terangsang emosinya
c.       Sering melakukan tindakan aggresif
d.      Sering bertindak melanggar norma social/norma susila/hukum

3.      Tunarungu Wicara (Communication disorder and deafness)
            Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
a.       Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40dB),
b.      Gangguan pendengaran ringan (41-55dB),
c.       Gangguan pendengaran sedang (56-70dB),
d.      Gangguan pendengaran berat (71-90dB),
e.       Gangguan pendengaran ekstrim/tuli (di atas 91dB).
            Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara.
            Saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
            Berikut identifikasi anak yang mengalami gangguan pendengaran:
a.       Tidak mampu mendengar
b.      Terlambat perkembangan bahasa
c.       Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
d.      Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara
e.       Ucapan kata tidak jelas
f.       Kualitas suara aneh/monoton
g.      Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
h.      Banyak perhatian terhadap getaran
i.        Keluar nanah dari kedua telinga
j.        Terdapat kelainan organis telinga.

4.      Tunanetra (Partially seing and legally blind)
            Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakantongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium).
            Berikut identifikasi anak yang mengalami gangguan penglihatan:
a.       Tidak mampu melihat,
b.      Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter,
c.       Kerusakan nyata pada kedua bola mata,
d.      Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,
e.       Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya,
f.       Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,
g.      Mata bergoyang terus.
h.      Nilai standarnya adalah 6, artinya bila anak mengalami minimal 6 gejala di atas, maka anak termasuk tunanetra.

5.      Tunadaksa (Physical disability)
            Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainanneuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsyamputasipolio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
            Berikut identifikasi anak yang mengalami kelainan anggota tubuh tubuh/gerak tubuh:
            Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh
a.       Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali)
b.      Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa
c.       Terdapat cacat pada alat gerak
d.      Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam
e.       Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
f.       Hiperaktif/tidak dapat tenang.
g.      Nilai standarnya 5.

6.      Tunaganda (Multiple handicapped)
            Tunaganda adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan mencakup kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neurologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi, gerak, bahasa, atau hubungan pribadi di masyarakat.
            Walker (1975) berpendapat mengenai tunaganda sebagai berikut:
a.       Seseorang dengan dua hambatan yang masing-masing memerlukan layanan-layanan pendidikan khusus.
b.      Seseorang dengan hambatan-hambatan ganda yang memerlukan layanan teknologi.
c.       Seseorang dengan hambatan-hambatan yang memerlukan modifikasi khusus.

7.      Kesulitan Belajar (Learning disabilities)
            Anak dengan kesulitan belajar adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca,berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsibrain injurydisfungsi minimal otakdislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.
            Berikut adalah karakteristik anak yang mengalami kesulitan belajar dalam membaca, menulis dan berhitung:
a.       Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
b.      Perkembangan kemampuan membaca terlambat
c.       Kemampuan memahami isi bacaan rendah
d.      Kalau membaca sering banyak kesalahan
e.       Nilai standarnya 3
f.       Anak yang mengalami kesulitan menulis (disgrafia)
g.      Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai
h.      Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya.
i.        Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca.
j.        Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang.
k.      Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
l.        Nilai standarnya 4.
m.    Anak yang mengalami kesulitan berhitung (diskalkula).
n.      Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
o.      Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan.
p.      Sering salah membilang dengan urut.
q.      Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya.
r.        Sulit membedakan bangun-bangun geometri.

8.      Anak Berbakat (Giftedness and special talents)
            Anak berbakat adalah mereka yang mempunyai skor IQ 140 atau lebih diukur dengan instrument Stanford Binet, mempunyai kreativitas tinggi,  kemampuan memimpin dan kemampuan dalam seni drama, seni tari dan seni rupa.



            Anak berbakat mempunyai empat kategori, sebagai berikut:
a.       Mempunyai kemampuan intelektual atau intelegensi yang menyeluruh, mengacu pada kemampuan berpikir secara abstrak dan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan masuk akal.
b.      Kemampuan intelektual khusus, mengacu pada kemampuan yang berbeda dalam matematika, bahasa asing, music, atau ilmu pengetahuan alam.
c.       Berpikir kreatif atau berpikir murni menyeluruh. Pada umumnya mampu berpikir untuk menyelesaikan masalah yang tidak umum dan memerlukan pemikiran tinggi.
d.      Mempunyai bakat kreatif khusus, bersifat orisinil dan berbeda dengan yang lain.

            Berikut identifikasi anak berbakat atau anak yang memilki kecerdasan dan kemampuan yang luar biasa:
a.       Membaca pada usia lebih muda
b.      Membaca lebih cepat dan lebih banyak
c.       Memiliki perbendaharaan kata yang luas
d.      Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
e.       Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa
f.       Mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri
g.      Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
h.      Memberi jawaban-jawaban yang baik
i.        Dapat memberikan banyak gagasan
j.        Luwes dalam berpikir
k.      Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
l.        Mempunyai pengamatan yang tajam
m.     Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
n.      Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
o.      Senang mencoba hal-hal baru
p.      Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
q.      Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
r.        Cepat menangkap hubungan sebab-akibat
s.       Berperilaku terarah pada tujuan
t.        Mempunyai daya imajinasi yang kuat
u.      Mempunyai banyak kegemaran (hobi)
v.      Mempunyai daya ingat yang kua
w.    Tidak cepat puas dengan prestasinya
x.      Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi)
y.      Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.

9.      Anak Autistik
            Autism Syndrome merupakan kelainan yang disebabkan adanya hambatan pada ketidakmampuan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan pada otak. Gejala-gejala autism menurut Delay & Deinaker (1952) dan Marholin & Philips (1976) antara lain:
a.       Senang tidur bermalas-malasan atau duduk menyendiri dengan tampang acuh, muka pucat, dan mata sayu dan selalu memandang ke bawah.
b.      Selalu diam sepanjang waktu.
c.       Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan nada monoton, kemudian dengan suara yang aneh akan menceritakan dirinya dengan beberapa kata kemudian diam menyendiri lagi.
d.      Tidak pernah bertanya, tidak menunjukkan rasa takut dan tidak menyenangi sekelilingnya.
e.       Tidak tampak ceria.
f.       Tidak peduli terhadap lingkungannya, kecuali terhadap benda yang disukainya.

            Secara umum anak autis mengalami kelainan dalam berbicara, kelainan fungsi saraf dan intelektual, Hal tersebut dapat terlihat dengan adanya keganjilan perilaku dan ketidakmampuan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

10.  Hyperactive (Attention Deficit Disorder with Hyperactive)
            Hyperactive bukan merupakan penyakit tetapi suatu gejala atau symptoms.  Symptoms terjadi disebabkan oleh factor-faktor brain damage, an emotional disturbance, a hearing deficit or mental retardaction. Dewasa ini banyak kalangan medis masih menyebut anak hiperaktif dengan istilah attention deficit disorder (ADHD).

C. Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
            Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK temporer(sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK temporermeliputi: anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan (anjal), anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK permanen adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency andHiperactivity Disorders), Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain.
Di bawah ini beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus:
1.      Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra
            Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat dan optimal dari semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan, materi pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan belajar dan evaluasi sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pembelajaran, antara lain:
a.       Berdasarkan pengolahan pesan terdapat dua strategi yaitu strategi pembelajaran deduktif dan induktf.
b.      Berdasarkan pihak pengolah pesan yaitu strategi pembelajaran ekspositorik dan heuristik.
c.       Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi pembelajaran dengan seorang guru dan beregu.
d.      Berdasarkan jumlah siswa yaitu strategi klasikal, kelompok kecil dan individual.
e.       Berdasarkan interaksi guru dan siswa yaitu strategi tatap muka, dan melalui media.

            Selain strategi yang telah disebutkan di atas, ada strategi lain yang dapat diterapkan yaitu strategi individualisasi, kooperatif dan modifikasi perilaku.

2.      Strategi pembelajaran bagi anak berbakat
            Strategi pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan strategi pembelajaran adalah :
a.       Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas.
b.      Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga mengembangkan kecerdasan emosional.
c.       Berorientasi pada modifikasi proses, content dan produk.
d.      Model-model layanan yang bias diberikan pada anak berbakat yaitu model layanan perkembangan kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus.

3.      Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita
            Strategi pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah umum akan berbeda dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di sekolah luar biasa. Strategi yang dapat digunakan dalam mengajar anak tunagrahita antara lain:
a.       Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan
b.      Strategi kooperatif
c.       Strategi modifikasi tingkah laku

            Anak tunagrahita secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual jauh dibawah rata-rata sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, sehingga memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus.
            Adapun strategi pembelajaran yang dapat diberikan kepada anak tunagrahita yaitu:
1)      Direct Introduction
            Merupakan metode pengajaran yang menggunakan pendekatan selangkah-selangkah yang terstruktur dengan cermat, dalam memberikan instruksi atau perintah. Metode ini memberikan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi untuk berprestasi. Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan. Sedangkan kelemahan utamanya dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok.
2)      Cooperative Learning
            Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya dalam memahami materi pelajaran. Kelompok belajar yang mencapai hasil belajar yang maksimal diberikan penghargaan. Pemberian penghargaan ini adalah untuk merangsang munculnya dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
3)      Peer Tutorial
            Merupakan metode pembelajaran dimana seorang siswa dipasangkan dengan temannya yang mengalami kesulitan/hambatan. Oleh karena itu lebih ditekankan pada siswa yang mempunyai kemampuan di bawah kemampuannya.
Sedangkan tujuan pembelajaran tutorial yaitu sebagai berikut:
o   Meningkatkan pengetahuan para siswa
o   Meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa tentang cara memecahkan masalah agar mampu membimbing diri sendiri
o   Meningkatkan kemampuan siswa tentang cara belajar mandiri.
4.      Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksa
            Strategi yang bias diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian tempat pendidikan, sebagai berikut:
a.       Pendidikan integrasi (terpadu)
b.      Pendidikan segresi (terpisah)
c.       Penataan lingkungan belajar

5.      Strategi pembelajaran bagi anak tunalaras
            Untuk memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985) mengemukakan model-model pendekatan sebagai berikut:
a.       Model biogenetic
b.      Model behavioral/tingkah laku
c.       Model psikodinamika
d.      Model ekologis

6.      Strategi pembelajaran bagi anak dengan kesulitan belajar
a.       Anak berkesulitan belajar membaca yaitu melalui program delivery dan remedial teaching.
b.      Anak berkesulitan belajar menulis yaitu melalui remedial sesuai dengan tingkat kesalahan.
c.       Anak berkesulitan belajar berhitung yaitu melalui program remidi yang sistematis sesuai dengan urutan dari tingkat konkret, semi konkret dan tingkat abstrak.

7.      Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu
            Strategi yang biasa digunakan untuk anak tunarungu antara lain: strategi deduktif, induktif, heuristic, ekspositorik, klasikal, kelompok, individual, kooperatif dan modifikasi perilaku.
Ø Belajar Bahasa Melalui Membaca Ujaran (Speechreading)
            Orang dapat memahami pembicaraan orang lain dengan “membaca” ujarannya melalui gerakan bibirnya. Akan tetapi, hanya sekitar 50% bunyi ujaran yang dapat terlihat pada bibir (Berger, 1972). Di antara 50% lainnya, sebagian dibuat di belakang bibir yang tertutup atau jauh di bagian belakang mulut sehingga tidak kelihatan, atau ada juga bunyi ujaran yang pada bibir tampak sama sehingga pembaca bibir tidak dapat memastikan bunyi apa yang dilihatnya. Hal ini sangat menyulitkan bagi mereka yang ketunarunguannya terjadi pada masa prabahasa.
            Seseorang dapat menjadi pembaca ujaran yang baik bila ditopang oleh pengetahuan yang baik tentang struktur bahasa sehingga dapat membuat dugaan yang tepat mengenai bunyi-bunyi yang “tersembunyi” itu. Jadi, orang tunarungu yang bahasanya normal biasanya merupakan pembaca ujaran yang lebih baik daripada tunarungu prabahasa, dan bahkan terdapat bukti bahwa orang non-tunarungu tanpa latihan dapat membaca bibir lebih baik daripada orang tunarungu yang terpaksa harus bergantung pada cara ini (Ashman & Elkins, 1994).
Kelemahan sistem baca ujaran ini dapat diatasi bila digabung dengan sistem cued speech (isyarat ujaran). Cued Speech adalah isyarat gerakan tangan untuk melengkapi membaca ujaran (speechreading).
Ø  Belajar Bahasa Melalui Pendengaran
             tunarungu dari semua tingkat ketunarunguan dapat memperoleh manfaat dari alat bantu dengar tertentu. Alat bantu dengar yang telah terbukti efektif bagi jenis ketunarunguan sensorineural dengan tingkat yang berat sekali adalah cochlear implant.
            Cochlear implant adalah prostesis alat pendengaran yang terdiri dari dua komponen, yaitu komponen eksternal (mikropon dan speech processor) yang dipakai oleh pengguna, dan komponen internal (rangkaian elektroda yang melalui pembedahan dimasukkan ke dalam cochlea (ujung organ pendengaran) di telinga bagian dalam.
            Komponen eksternal dan internal tersebut dihubungkan secara elektrik. Prostesis cochlear implant dirancang untuk menciptakan rangsangan pendengaran dengan langsung memberikan stimulasi elektrik pada syaraf pendengaran.


Ø  Belajar Bahasa secara Manual
            Secara alami, individu tunarungu cenderung mengembangkan cara komunikasi manual atau bahasa isyarat. Untuk tujuan universalitas, berbagai negara telah mengembangkan bahasa isyarat yang dibakukan secara nasional. Ashman & Elkins (1994) mengemukakan bahwa komunikasi manual dengan bahasa isyarat yang baku memberikan gambaran lengkap tentang bahasa kepada tunarungu, sehingga mereka perlu mempelajarinya dengan baik. Kerugian penggunaan bahasa isyarat ini adalah bahwa para penggunanya cenderung membentuk masyarakat yang eksklusif.






















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.
            Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK temporer (sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK temporer meliputi: anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan (anjal), anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK permanen adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency and (Hiperactivity Disorders), Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain.








DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan           Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. 1999.
Delphie, Bandi. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Refika         Aditama. 2006.
http://www.bintangbangsaku.com/content/prinsip-prinsip-pembelajaran-di- sekolah-inklusi-tuna-laras
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Sumekar, Ganda. Anak Berkebutuhan Khusus. Padang: UNP Press. 2009.
Wardani, I.G.A.K. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas             Terbuka. 2007.