STRATEGI
PEMBELAJARAN
BAGI ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS
paper
Strategi Belajar Mengajar Biologi
Dosen Pembimbing :
Eriawati,
M.pd.
Oleh
:
Nailul Muna / 281223108
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM - BANDA
ACEH
2014
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah
swt, yang senantiasa memberikan kepada kita taufik, hidayah daninayah-Nya,
sehingga kita berada di atas jalan-Nya. Shalawat beserta salam selalu kita haturkan
kepada Nabi kita Muhammad saw, keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umatnya
yang istiqamah menjalankan dan mendakwahkan sunah-sunahnya. Dalam paper ini saya mencoba menyajikan materi
yang berjudul Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus.
Saya
menyadari dalam menyusun paper
ini masih banyak kekurangan. Untuk itu saya mengharapkan kepada dosen
pembimbing agar memberikan masukan demi perbaikan dan kesempurnaan paper ini.
Kemudian kepada pihak yang telah
membantu, saya
tak lupa menghaturkan banyak terima kasih.Semoga Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang
membalas kebaikan kepada kita semua.
Banda
Aceh, Juli 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang
Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................. 1
C. Tujuan pembahasan.............................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus...............................................3
B. Jenis Dan
Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus...........................3
C. Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.....................13
BAB
III PENUTUP........................................................................................ 19
A. Kesimpulan...................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 20
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pada dasarnya
setiap anak berpotensi mengalami problema dalam belajar, hanya saja problema
tersebut ada yang ringan dan tidak memerlukan perhatian khusus dari orang lain
karena dapat diatasi sendiri oleh anak yang bersangkutan dan ada juga yang
problem belajarnya cukup berat sehingga perlu mendapatka perhatian dan bantuan
dari orang lain. Anak luar biasa atau disebut sebagai anak berkebutuhan khusus
(children with special needs), memang tidak selalu mengalami problem dalam
belajar. Namun, ketika mereka diinteraksikan bersama-sama dengan anak- anak
sebaya lainnya dalam system pendidikan regular, ada hal-hal tertentu yang harus
mendapatkan perhatian khusus dari guru dan sekolah untuk mendapatkan hasil
belajar yang optimal.
Pembelajaran
untuk anak berkebutuhan khusus (student with special needs) membutuhkan suatu
strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing – masing . Dalam penyusunan
progam pembelajaran untuk setiap bidang studi hendaknya guru kelas sudah memiliki
data pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yakni berkaitan dengan
karateristik spesifik, kemampuan dan kelemahanya, kompetensi yang dimiliki, dan
tingkat perkembanganya. Karakteristik spesifik student with special needs pada
umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional . Karaktristik
spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensori motor, kognitif,
kemampuan berbahasa, ketrampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi
social serta kreativitasnya.
Untuk
mengetahui secara jelas tentang karakteristik dari setiap siswa seorang guru
terlebih dahulu melakukan skrining atau asesmen agar
mengetahui secara jelas mengenai kompetensi diri peserta didik bersangkutan.
Tujuannya agar saat memprogamkan pembelajaran sudah dipikirkan mengenbai bentuk
strategi pembelajaran yanag di anggap cocok. Asesmen di sini adalah
proses kegiatan untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan setiap peserta didik
dalam segi perkembangan kognitif dan perkembangan social, melalui pengamatan
yang sensitive. Kegiatan ini biasanya memerlukan penggunaan instrument khusus
secara baku atau di buat sendiri oleh guru kelas.
Model
pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus yang di persiapkan oleh
guru di sekolah, di tujukan agar peserta didik mampu berinteraksi terhadap
lingkungan social. Pembelajaran tersebut disusun secara khusus melalui
penggalian kemampuan diri peserta didik yang didasarkan pada kurikulum berbasis
kompetensi. Kompetensi ini terdiri atas empat ranah yang perlu diukur meliputi
kompetensi fisik, kompetensi afektif, kompetensi sehari- hari dan kompetensi
akademik. Dalam paper ini akan dibahas mengenai ”Strategi Pembelajaran
bagi Anak Berkebutuhan Khusus”
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
definisi dari anak berkebutuhan khusus?
2. Bagaimana
jenis dan karakteristik anak berkebutuhan khusus?
3. Bagaimana
strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus?
C.
Tujuan
Pembahasan
1. Menjelaskan
definisi dari anak berkebutuhan khusus.
2. Mengidentifikasi
jenis dan karakteristik anak berkebutuhan khusus.
3. Menjelaskan
strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Anak
berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan
mental, emosi atau fisik. Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang
secara signifikan mengalami kelainan/ penyimpangan (fisik, mental-intelektual,
sosial, dan emosional) dalam proses pertumbuhkembangannya dibandingkan dengan
anak-anak lain yang seusia sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak
Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan
khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk
pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi
mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan
menjadi tulisan Braille dan
tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai
dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian
A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk
tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB
bagian G untuk cacat ganda.
B.
Jenis Dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
Anak
berkebutuhan khusus yang paling banyak mendapat perhatian guru antara lain:
1.
Tunagrahita
(Mental retardation)
Tunagrahita
merujuk kepada fungsi intelektual umum yang di bawah rata-rata secara
signifikan (merujuk kepada hasil tes intelegensi individu, berarti IQ di bawah
rata-rata) yang berkaitan dengan hambatan dalam prilaku adaptif (merujuk kepada
keterampilan adaptif, yaitu; komunikasi, merawat diri, kehidupan keseharian,
keterampilan sosial, penggunaan komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan
keamanan, akademik, waktu luang, dan karya) yang terjadi selama periode
perkembangan (dari lahir sampai usia 18 atau 22 tahun).
Anak
tunagrahita dibagi kepada tiga tingkatan, yaitu tunagrahita ringan, sedang, dan
berat. Ketiga tingkatan ini mempunyai karakteristik yang berbeda. Adapun
karakteristik umum tunagrahita itu adalah:
a. Keterbatasan
intelegensi, dimana kapasitas belajar terbatas untuk hal abstrak.
b. Keterbatasan
sosial, dimana anak tunagrahita tidak dapat mengurus diri sendiri dan cendrung
meniru tanpa tau akibatnya.
c. Keterbatasan
fungsi mental, dimana anak tunagrahita sukar memusatkan perhatian.
d. Jarang
menghayati perasaan bangga, tanggung jawab dan hak sosial.
e. Mengalami
keterlambatan dalam perkembangan sikap.
Dilihat
secara rinci, kecerdasan berfikir anak tunagrahita ringan paling tinggi sama
dengan kecerdasan anak normal usia 12 tahun. Mereka memiliki tingkat kecerdasan
paling tinggi diantara kelompok tunagrahita yang lain, dengan IQ berkisar
50-70. Meskipun kecerdasan dan adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka
mempunyai kemampuan untuk berkembang di bidang pelajaran akademik, penyesuaian
sosial, dan kemampuan bekerja.
Sebaliknya,
anak tunagrahita sedang tidak bisa mempelajari pelajaran akademik. Mereka
umumnya belajar secara membeo, perkembangan bahasanya sangat terbatas, hamper
selalu bergantung pada orang lain, dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya,
masih mempunyai potensi untuk belajar memelihara dan menyesuaikan diri terhadap
lingkungan, dan dapat mengerjakan pekerjaan yang mempunyai nilai ekonomi. Pada
usia dewasa, baru mencapai usia yang sama dengan anak normal umur 7-8 tahun.
Anak
dengan tunagrahita berat tidak dapat membedakan bahaya, selalu tergantung pada
pertolongan orang lain, kata-kata yang sangat sederhana, dan kecerdasannya
hanya dapat berkembang paling tinggi sama dengan anak usia 3-4 tahun.
Ketunagrahitaan
seorang anak dapat diketahui dengan melakukan observasi. Observasi dilakukkan
dengan cara membandingkan anak dengan anak seusianya. Data hasil observasi dan
tes spikologi dikumpulkan dan dibandingkan dengan usia anak sebenarnya. Adapun
dalam tes Binet – Simon, anak yang tergolong tungrahita atau anak dengan
gangguan intelektual yaitu:
a. Debil
(IQ 50-70)
b. Imbesil
(IQ 30-50)
c. Idiot
(IQ < 30)
Angka
tersebut di peroleh dari tes, dimana IQ = MA/CA X 100. Dengan CA merupakan umur
anak dan MA merupakan haril tes intelegensi.
Adapun
cara mengidentifikasi seorang anak termasuk tunagrahita yaitu melalui beberapa
indikasi sebagai berikut:
a. Penampilan
fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar
b. Tidak
dapat mengurus diri sendiri sesuai usia
c. Perkembangan
bicara/bahasa terlambat
d. Tidak
ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong)
e. Koordinasi
gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali)
f. Sering
keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)
2.
Tunalaras
(Emotional or behavioral disorder)
Tunalaras
adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol
sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak
sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat
disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari
lingkungan sekitar.
Menurut
Eli M. Bower (1981), anak dengan hambatan emosional atau kaelainan perilaku,
apabila menunjukkan adanya satu atau lebih dari lima komponen berikut:
a. Tidak
mampu belajar bukan disebabkan karena factor intelektual, sensori atau
kesehatan.
b. Tidak
mampu untuk melakukan hubungan baik dengan teman-teman dan guru-guru.
c. Bertingkah
laku atau berperasaan tidak pada tempatnya.
d. Secara
umum mereka selalu dalam keadaan pervasive dan tidak menggembirakan
atau depresi.
e. Bertendensi
kea rah symptoms fisik: merasa sakit atau ketakutan berkaitan dengan orang atau
permasalahan di sekolah.
Anak
yang mengalami gangguan emosi dan perilaku juga bisa diidentifikasi melalui
indikasi berikut:
a. Bersikap
membangkang
b. Mudah
terangsang emosinya
c. Sering
melakukan tindakan aggresif
d. Sering
bertindak melanggar norma social/norma susila/hukum
3.
Tunarungu
Wicara (Communication disorder and
deafness)
Tunarungu
adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun
tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran
adalah:
a. Gangguan
pendengaran sangat ringan (27-40dB),
b. Gangguan
pendengaran ringan (41-55dB),
c. Gangguan
pendengaran sedang (56-70dB),
d. Gangguan
pendengaran berat (71-90dB),
e. Gangguan
pendengaran ekstrim/tuli (di atas 91dB).
Karena
memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.
Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat,
untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat
bahasa berbeda-beda di setiap negara.
Saat
ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu
cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa
tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari
sesuatu yang abstrak.
Berikut
identifikasi anak yang mengalami gangguan pendengaran:
a. Tidak
mampu mendengar
b. Terlambat
perkembangan bahasa
c. Sering
menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
d. Kurang/tidak
tanggap bila diajak bicara
e. Ucapan
kata tidak jelas
f. Kualitas
suara aneh/monoton
g. Sering
memiringkan kepala dalam usaha mendengar
h. Banyak
perhatian terhadap getaran
i.
Keluar nanah dari kedua telinga
j.
Terdapat kelainan organis telinga.
4.
Tunanetra
(Partially seing and legally blind)
Tunanetra
adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat
diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind)
dan low vision.
Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses
pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra
pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan
pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus
bersifat taktual dan bersuara,
contohnya adalah penggunaan tulisan braille,
gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara
adalah tape recorder dan
peranti lunak JAWS.
Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar
mengenai Orientasi dan Mobilitas.
Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui
tempat dan arah serta bagaimana menggunakantongkat putih (tongkat
khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium).
Berikut
identifikasi anak yang mengalami gangguan penglihatan:
a. Tidak
mampu melihat,
b. Tidak
mampu mengenali orang pada jarak 6 meter,
c. Kerusakan
nyata pada kedua bola mata,
d. Sering
meraba-raba/tersandung waktu berjalan,
e. Mengalami
kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya,
f. Bagian
bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,
g. Mata
bergoyang terus.
h. Nilai
standarnya adalah 6, artinya bila anak mengalami minimal 6 gejala di atas, maka
anak termasuk tunanetra.
5.
Tunadaksa
(Physical disability)
Tunadaksa
adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainanneuro-muskular dan
struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan,
termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat
gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam
melakukan aktivitas fisik tetap
masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan
motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki
keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan
fisik.
Berikut
identifikasi anak yang mengalami kelainan anggota tubuh tubuh/gerak tubuh:
Anggota
gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh
a. Kesulitan
dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali)
b. Terdapat
bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa
c. Terdapat
cacat pada alat gerak
d. Jari
tangan kaku dan tidak dapat menggenggam
e. Kesulitan
pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
f. Hiperaktif/tidak
dapat tenang.
g. Nilai
standarnya 5.
6.
Tunaganda
(Multiple handicapped)
Tunaganda
adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan mencakup kelompok yang
mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neurologis yang disebabkan oleh satu
atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi, gerak, bahasa,
atau hubungan pribadi di masyarakat.
Walker
(1975) berpendapat mengenai tunaganda sebagai berikut:
a. Seseorang
dengan dua hambatan yang masing-masing memerlukan layanan-layanan pendidikan
khusus.
b. Seseorang
dengan hambatan-hambatan ganda yang memerlukan layanan teknologi.
c. Seseorang
dengan hambatan-hambatan yang memerlukan modifikasi khusus.
7.
Kesulitan
Belajar (Learning disabilities)
Anak dengan kesulitan belajar adalah
individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis
yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat
memengaruhi kemampuan berfikir, membaca,berhitung,
berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi
minimal otak, dislexia,
dan afasia perkembangan.
individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata,
mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak,
gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.
Berikut
adalah karakteristik anak yang mengalami kesulitan belajar dalam membaca,
menulis dan berhitung:
a. Anak
yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
b. Perkembangan
kemampuan membaca terlambat
c. Kemampuan
memahami isi bacaan rendah
d. Kalau
membaca sering banyak kesalahan
e. Nilai
standarnya 3
f. Anak
yang mengalami kesulitan menulis (disgrafia)
g. Kalau
menyalin tulisan sering terlambat selesai
h. Sering
salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9,
dan sebagainya.
i.
Hasil tulisannya jelek dan tidak
terbaca.
j.
Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf
hilang.
k. Sulit
menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
l.
Nilai standarnya 4.
m. Anak
yang mengalami kesulitan berhitung (diskalkula).
n. Sulit
membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
o. Sulit
mengoperasikan hitungan/bilangan.
p. Sering
salah membilang dengan urut.
q. Sering
salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan
sebagainya.
r.
Sulit membedakan bangun-bangun geometri.
8.
Anak
Berbakat (Giftedness and special talents)
Anak
berbakat adalah mereka yang mempunyai skor IQ 140 atau lebih diukur dengan
instrument Stanford Binet, mempunyai kreativitas tinggi, kemampuan memimpin dan kemampuan dalam seni
drama, seni tari dan seni rupa.
Anak
berbakat mempunyai empat kategori, sebagai berikut:
a. Mempunyai
kemampuan intelektual atau intelegensi yang menyeluruh, mengacu pada kemampuan
berpikir secara abstrak dan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan
masuk akal.
b. Kemampuan
intelektual khusus, mengacu pada kemampuan yang berbeda dalam matematika,
bahasa asing, music, atau ilmu pengetahuan alam.
c. Berpikir
kreatif atau berpikir murni menyeluruh. Pada umumnya mampu berpikir untuk
menyelesaikan masalah yang tidak umum dan memerlukan pemikiran tinggi.
d. Mempunyai
bakat kreatif khusus, bersifat orisinil dan berbeda dengan yang lain.
Berikut
identifikasi anak berbakat atau anak yang memilki kecerdasan dan kemampuan yang
luar biasa:
a. Membaca
pada usia lebih muda
b. Membaca
lebih cepat dan lebih banyak
c. Memiliki
perbendaharaan kata yang luas
d. Mempunyai
rasa ingin tahu yang kuat
e. Mempunyai
minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa
f. Mempunyai
inisiatif dan dapat berkeja sendiri
g. Menunjukkan
keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
h. Memberi
jawaban-jawaban yang baik
i.
Dapat memberikan banyak gagasan
j.
Luwes dalam berpikir
k. Terbuka
terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
l.
Mempunyai pengamatan yang tajam
m. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu
panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
n. Berpikir
kritis, juga terhadap diri sendiri
o. Senang
mencoba hal-hal baru
p. Mempunyai
daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
q. Senang
terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
r.
Cepat menangkap hubungan sebab-akibat
s. Berperilaku
terarah pada tujuan
t.
Mempunyai daya imajinasi yang kuat
u. Mempunyai
banyak kegemaran (hobi)
v. Mempunyai
daya ingat yang kua
w. Tidak
cepat puas dengan prestasinya
x. Peka
(sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi)
y. Menginginkan
kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
9.
Anak
Autistik
Autism
Syndrome merupakan kelainan yang disebabkan adanya hambatan pada
ketidakmampuan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan pada otak.
Gejala-gejala autism menurut Delay & Deinaker (1952) dan Marholin &
Philips (1976) antara lain:
a. Senang
tidur bermalas-malasan atau duduk menyendiri dengan tampang acuh, muka pucat,
dan mata sayu dan selalu memandang ke bawah.
b. Selalu
diam sepanjang waktu.
c. Jika
ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan nada monoton,
kemudian dengan suara yang aneh akan menceritakan dirinya dengan beberapa kata
kemudian diam menyendiri lagi.
d. Tidak
pernah bertanya, tidak menunjukkan rasa takut dan tidak menyenangi
sekelilingnya.
e. Tidak
tampak ceria.
f. Tidak
peduli terhadap lingkungannya, kecuali terhadap benda yang disukainya.
Secara
umum anak autis mengalami kelainan dalam berbicara, kelainan fungsi saraf dan
intelektual, Hal tersebut dapat terlihat dengan adanya keganjilan perilaku dan
ketidakmampuan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
10. Hyperactive (Attention Deficit Disorder with Hyperactive)
Hyperactive
bukan merupakan penyakit tetapi suatu gejala atau symptoms. Symptoms terjadi disebabkan oleh
factor-faktor brain damage, an emotional disturbance, a hearing deficit or
mental retardaction. Dewasa ini banyak kalangan medis masih menyebut anak
hiperaktif dengan istilah attention deficit disorder (ADHD).
C.
Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak
berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu:
ABK temporer(sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang
termasuk kategori ABK temporermeliputi: anak-anak yang berada di lapisan
strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan (anjal), anak-anak
korban bencana alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil,
serta anak-anak yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori
ABK permanen adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency
andHiperactivity Disorders), Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan
sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain.
Di
bawah ini beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus:
1.
Strategi
pembelajaran bagi anak tunanetra
Strategi
pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat dan optimal dari
semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan,
materi pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan belajar dan evaluasi
sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien. Beberapa hal
yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi
pembelajaran, antara lain:
a. Berdasarkan
pengolahan pesan terdapat dua strategi yaitu strategi pembelajaran deduktif dan
induktf.
b. Berdasarkan
pihak pengolah pesan yaitu strategi pembelajaran ekspositorik dan heuristik.
c. Berdasarkan
pengaturan guru yaitu strategi pembelajaran dengan seorang guru dan beregu.
d. Berdasarkan
jumlah siswa yaitu strategi klasikal, kelompok kecil dan individual.
e. Berdasarkan
interaksi guru dan siswa yaitu strategi tatap muka, dan melalui media.
Selain
strategi yang telah disebutkan di atas, ada strategi lain yang dapat diterapkan
yaitu strategi individualisasi, kooperatif dan modifikasi perilaku.
2.
Strategi
pembelajaran bagi anak berbakat
Strategi
pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak
tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan
strategi pembelajaran adalah :
a. Pembelajaran
harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas.
b. Tidak
hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga mengembangkan
kecerdasan emosional.
c. Berorientasi
pada modifikasi proses, content dan produk.
d. Model-model
layanan yang bias diberikan pada anak berbakat yaitu model layanan perkembangan
kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus.
3.
Strategi
pembelajaran bagi anak tunagrahita
Strategi
pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah umum akan berbeda
dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di sekolah luar biasa. Strategi
yang dapat digunakan dalam mengajar anak tunagrahita antara lain:
a. Strategi
pembelajaran yang diindividualisasikan
b. Strategi
kooperatif
c. Strategi
modifikasi tingkah laku
Anak
tunagrahita secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan
mental intelektual jauh dibawah rata-rata sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas
akademik, komunikasi maupun sosial, sehingga memerlukan layanan pendidikan
kebutuhan khusus.
Adapun
strategi pembelajaran yang dapat diberikan kepada anak tunagrahita yaitu:
1)
Direct Introduction
Merupakan
metode pengajaran yang menggunakan pendekatan selangkah-selangkah yang
terstruktur dengan cermat, dalam memberikan instruksi atau perintah. Metode ini
memberikan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kepercayaan diri
dan motivasi untuk berprestasi. Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk
direncanakan dan digunakan. Sedangkan kelemahan utamanya dalam mengembangkan
kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran
kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok.
2)
Cooperative Learning
Pembelajaran
kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya dalam
memahami materi pelajaran. Kelompok belajar yang mencapai hasil belajar yang
maksimal diberikan penghargaan. Pemberian penghargaan ini adalah untuk
merangsang munculnya dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
3)
Peer Tutorial
Merupakan
metode pembelajaran dimana seorang siswa dipasangkan dengan temannya yang
mengalami kesulitan/hambatan. Oleh karena itu lebih ditekankan pada siswa yang
mempunyai kemampuan di bawah kemampuannya.
Sedangkan tujuan pembelajaran tutorial
yaitu sebagai berikut:
o
Meningkatkan pengetahuan para siswa
o
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan
siswa tentang cara memecahkan masalah agar mampu membimbing diri sendiri
o
Meningkatkan kemampuan siswa tentang
cara belajar mandiri.
4.
Strategi
pembelajaran bagi anak tunadaksa
Strategi
yang bias diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian tempat
pendidikan, sebagai berikut:
a. Pendidikan
integrasi (terpadu)
b. Pendidikan
segresi (terpisah)
c. Penataan
lingkungan belajar
5.
Strategi
pembelajaran bagi anak tunalaras
Untuk
memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985) mengemukakan model-model
pendekatan sebagai berikut:
a. Model
biogenetic
b. Model
behavioral/tingkah laku
c. Model
psikodinamika
d. Model
ekologis
6.
Strategi
pembelajaran bagi anak dengan kesulitan belajar
a. Anak
berkesulitan belajar membaca yaitu melalui program delivery dan remedial
teaching.
b. Anak
berkesulitan belajar menulis yaitu melalui remedial sesuai dengan tingkat
kesalahan.
c. Anak
berkesulitan belajar berhitung yaitu melalui program remidi yang sistematis
sesuai dengan urutan dari tingkat konkret, semi konkret dan tingkat abstrak.
7.
Strategi
pembelajaran bagi anak tunarungu
Strategi yang
biasa digunakan untuk anak tunarungu antara lain: strategi deduktif, induktif,
heuristic, ekspositorik, klasikal, kelompok, individual, kooperatif dan
modifikasi perilaku.
Ø Belajar
Bahasa Melalui Membaca Ujaran (Speechreading)
Orang dapat memahami pembicaraan
orang lain dengan “membaca” ujarannya melalui gerakan bibirnya. Akan tetapi,
hanya sekitar 50% bunyi ujaran yang dapat terlihat pada bibir (Berger, 1972).
Di antara 50% lainnya, sebagian dibuat di belakang bibir yang tertutup atau
jauh di bagian belakang mulut sehingga tidak kelihatan, atau ada juga bunyi
ujaran yang pada bibir tampak sama sehingga pembaca bibir tidak dapat
memastikan bunyi apa yang dilihatnya. Hal ini sangat menyulitkan bagi mereka
yang ketunarunguannya terjadi pada masa prabahasa.
Seseorang dapat menjadi pembaca
ujaran yang baik bila ditopang oleh pengetahuan yang baik tentang struktur
bahasa sehingga dapat membuat dugaan yang tepat mengenai bunyi-bunyi yang
“tersembunyi” itu. Jadi, orang tunarungu yang bahasanya normal biasanya
merupakan pembaca ujaran yang lebih baik daripada tunarungu prabahasa, dan
bahkan terdapat bukti bahwa orang non-tunarungu tanpa latihan dapat membaca
bibir lebih baik daripada orang tunarungu yang terpaksa harus bergantung pada cara
ini (Ashman & Elkins, 1994).
Kelemahan sistem baca ujaran ini dapat diatasi bila digabung dengan sistem cued speech (isyarat ujaran). Cued Speech adalah isyarat gerakan tangan untuk melengkapi membaca ujaran (speechreading).
Kelemahan sistem baca ujaran ini dapat diatasi bila digabung dengan sistem cued speech (isyarat ujaran). Cued Speech adalah isyarat gerakan tangan untuk melengkapi membaca ujaran (speechreading).
Ø Belajar
Bahasa Melalui Pendengaran
tunarungu dari semua tingkat ketunarunguan
dapat memperoleh manfaat dari alat bantu dengar tertentu. Alat bantu dengar
yang telah terbukti efektif bagi jenis ketunarunguan sensorineural dengan
tingkat yang berat sekali adalah cochlear implant.
Cochlear implant adalah prostesis
alat pendengaran yang terdiri dari dua komponen, yaitu komponen eksternal
(mikropon dan speech processor) yang dipakai oleh pengguna, dan komponen
internal (rangkaian elektroda yang melalui pembedahan dimasukkan ke dalam cochlea
(ujung organ pendengaran) di telinga bagian dalam.
Komponen eksternal dan internal
tersebut dihubungkan secara elektrik. Prostesis cochlear implant dirancang
untuk menciptakan rangsangan pendengaran dengan langsung memberikan stimulasi
elektrik pada syaraf pendengaran.
Ø Belajar
Bahasa secara Manual
Secara alami, individu tunarungu
cenderung mengembangkan cara komunikasi manual atau bahasa isyarat. Untuk
tujuan universalitas, berbagai negara telah mengembangkan bahasa isyarat yang
dibakukan secara nasional. Ashman & Elkins (1994) mengemukakan bahwa
komunikasi manual dengan bahasa isyarat yang baku memberikan gambaran lengkap
tentang bahasa kepada tunarungu, sehingga mereka perlu mempelajarinya dengan
baik. Kerugian penggunaan bahasa isyarat ini adalah bahwa para penggunanya
cenderung membentuk masyarakat yang eksklusif.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak
Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan
khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk
pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi
mereka.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini
ada dua kelompok, yaitu: ABK temporer (sementara)
dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK temporer
meliputi: anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling
bawah, anak-anak jalanan (anjal), anak-anak korban bencana alam, anak-anak di
daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak yang menjadi korban
HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK permanen adalah
anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,
Autis, ADHD (Attention Deficiency and (Hiperactivity Disorders), Anak
Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta. 1999.
Delphie, Bandi. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus.
Bandung: Refika Aditama. 2006.
http://www.bintangbangsaku.com/content/prinsip-prinsip-pembelajaran-di- sekolah-inklusi-tuna-laras
Slavin,
Robert E. 2005. Cooperative Learning. Bandung:
Nusa Media.
Sumekar,
Ganda. Anak Berkebutuhan Khusus. Padang:
UNP Press. 2009.
Wardani,
I.G.A.K. Pengantar Pendidikan Luar Biasa.
Jakarta: Universitas Terbuka.
2007.